Thursday, November 15, 2012
at
6:19 AM
|
“Wahai manusia dengarlah baik-baik apa yang hendak ku katakan. Aku tidak mengetahui apakah aku dapat bertemu lagi dengan kamu semua selepas tahun ini. Oleh itu dengarlah dengan teliti kata-kataku ini dan sampaikanlah ia kepada orang-orang yang tidak dapat hadir di sini pada hari ini. Wahai manusia, kamu menganggap bulan ini dan kota ini sebagai suci maka anggaplah jiwa dan harta setiap orang Muslim sebagai amanah suci. Kembalikan harta yang diamanahkan kepada kamu kepada pemiliknya yang berhak.
Janganlah kamu sakiti siapapun agar orang lain tidak menyakiti kamu pula. Ingatlah bahwa sesungguhnya kamu akan menemui Tuhan kamu dan Dia pasti akan membuat perhitungan atas segala amalan kamu. Allah telah mengharamkan riba’, oleh itu segala urusan yang melibatkan riba’ hendaklah dibatalkan mulai sekarang.
Berwaspadalah terhadap syaitan demi keselamatan agama kamu. Dia telah berputus asa untuk menyesatkan kamu dalam perkara-perkara besar maka berjaga-jagalah supaya kamu tidak mengikutinya dalam perkara-perkara kecil. Wahai manusia, sebagaimana kamu mempunyai hak atas para isteri kamu, mereka juga mempunyai atas kamu. Sekiranya mereka menyempurnakan mereka ke atas kamu maka mereka juga berhak untuk diberi makan dan pakaian dalam suasana kasih sayang.
Layanilah wanita-wanita kamu dengan baik! dan berlemah lembutlah terhadap mereka kerana sesungguhnya mereka adalah teman dan pembantu kamu yang setia. Dan hak kamu ke atas mereka ialah mereka sama sekali tidak boleh memasukkan orang yang kamu tidak sukai ke dalam rumah kamu dan dilarang melakukan zina. Wahai manusia, dengarlah bersungguh-sungguh kata-kataku ini. Sembahlah Allah, dirikanlah solat lima kali sehari, berpuasalah di Bulan Ramadhan, tunaikanlah zakat dan harta kekayaan kamu dan kerjakanlah ibadah haji sekiranya mampu.
Ketahuilah bahawa setiap Muslim adalah saudara kepada Muslim yang lain. Kamu semua adalah sama; tidak ada seorangpun yang lebih mulia dari yang lainnya kecuali dalam taqwa dan amal soleh.
Ingatlah bahawa kamu akan mengadap Allah pada suatu hari untuk dipertanggungjawabkan atas segala apa yang telah kamu lakukan. Oleh itu, awasilah tindak-tanduk kamu agar jangan sekali-kali kamu terkeluar dari landasan kebenaran selepas ketiadaanku. Wahai manusia, tidak ada lagi Nabi atau Rasul yang akan datang selepasku dan tidak akan lahir agama baru. Oleh itu wahai manusia, nilailah dengan betul dan fahamilah kata-kataku yang telah disampaikan kepada kamu.
Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kamu dua perkara yang sekiranya kamu berpegang teguh dan mengikuti kedua-duanya nescaya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya. Itulah Al-Quran dan Sunnahku.
Hendaklah orang-orang yang mendengar ucapanku ini menyampaikannya pula kepada orang lain dan hendaklah orang yang lain itu menyampaikannya pula kepada orang lain dan begitu seterusnya. Semoga orang yang terakhir yang menerimanya lebih memahami kata-kataku ini dari mereka yang mendengar terus dariku. Saksikanlah Ya Allah, bahawasanya aku telah sampaikan risalah-Mu kepada hamba-hamba- Mu. “
Tuesday, August 7, 2012
at
10:05 AM
|
Talmud merupakan kitab suci kelompok Zionis-Yahudi di seluruh dunia.
Seluruh tindak-tanduk Zionis-Israel mengacu pada ayat-ayat Talmudisme.
Bahkan Texe Marrs, investigator independen Amerika yang telah menelusuri
garis darah Dinasti Bush selama enam tahun, menemukan bukti bahwa
keluarga besar Bush, termasuk Presiden AS George Walker Bush, merupakan
sebuah keluarga yang sangat rajin mendaras dan mempelajari Talmud.
“Dinasti Bush adalah dinasti Yahudi dan mereka menjadikan Talmud sebagai
kitab sucinya. Adalah salah besar menyangka mereka sebagai keluarga
Kristiani. Mereka menunggangi kekristenan untuk menipu warga Kristen
dunia. Padahal, mereka merupakan keluarga Talmudis yang taat, ” demikian
Texe Marrs.
Taurat dan Talmud
Kitab
Talmud adalah kitab suci yang terpenting bagi kaum Yahudi, bahkan
lebih penting daripada Kitab Taurat. Kitab Talmud bukan saja menjadi
sumber dalam penetapan hukum agama, tetapi juga menjadi ideologi dan
prinsip-prinsip, serta arahan bagi penyusunan kebijakan negara dan
pemerintah Yahudi Israel, dan menjadi pandangan hidup orang Yahudi pada
umumnya. Itu pula sebabnya mengapa negara Yahudi Israel disebut sebagai
negara yang rasis, chauvinistik, theokratik, konservatif, dan sangat
dogmatik. Untuk dapat memahami sepak-terjang negara Israel yang tampak
arogan, keras-kepala, tidak kenaI kompromi, orang perlu memahami isi
ajaran Kitab Talmud, yang diyakini oleh orang Yahudi sebagai kitab suci
yang terpenting di antara kitab-kitab suci mereka.
Keimanan
orang Yahudi terhadap Kitab Talmud mengatasi bahkan Kitab Perjanjian
Lama, yang juga dikenal dengan nama Taurat. Bukti tentang hal ini dapat
ditemukan dalam Talmud 'Erubin' 2b (edisi Soncino) yang mengingatkan
kepada kaum Yahudi, "Wahai anakku, hendaklah engkau lebih mengutamakan
fatwa dari para Ahli Kitab (Talmud) daripada ayat-ayat Taurat".
Para
pendeta Talmud mengklaim sebagian dari isi Kitab Talmud merupakan
himpunan dari ajaran yang disampaikan oleh Nabi Musa a.s. secara lisan.
Sampai dengan kedatangan Nabi Isa a.s. Kitab Talmud belum dihimpun
secara tertulis seperti bentuknya yang sekarang. Nabi Isa a.s. mengutuk
tradisi 'mishnah' (Talmud awal) termasuk mereka yang mengajarkannya
(para pendeta Yahudi dan kaum Farisi), karena isi Kitab Talmud
seluruhnya menyimpang, bahkan bertentangan dengan Kitab Taurat. Kaum
Kristen, karena ketidak-pahamannya, hingga dewasa ini menyangka
Perjanjian Lama merupakan kitab tertinggi bagi agama Yahudi. Sangkaan
itu keliru.
Para
pendeta Parisi mengajarkan, doktrin dan fatwa yang berasal dari para
rabbi (pendeta), lebih tinggi kedudukannya daripada wahyu yang datang
dari Tuhan. Talmud mengemukakan hukum-hukumnya berada di atas Taurat,
dan bahkan tidak mendukung isi Taurat. Seorang peneliti Yahudi, Hyam
Maccoby, dalam bukunya 'Judaism on Trial’ mengutip pemyataan Rabbi
Yehiel ben Joseph, bahwa "Tanpa Talmud kita tidak akan mampu memahami
ayat-ayat Taurat ... Tuhan telah melimpahkan wewenang ini kepada mereka
yang arif, karena tradisi merupakan suatu kebutuhan yang sama seperti
kitab-kitab wahyu. Para arif itu membuat tafsiran mereka ... dan mereka
yang tidak pernah mempelajari Talmud tidak akan mungkin mampu memahami
Taurat."
Memang
ada kelompok di kalangan kaum Yahudi yang menolak Talmud, dan tetap
berpegang teguh kepada kitab Taurat saja (Perjanjian Lama yang
sekarang) Mereka ini disebut golongan 'Karaiyah', kelompok yang
sepanjang sejarahnya paling dibenci dan menjadi korban didzalimi oleh
para pendeta Yahudi orthodoks.
Kepada
tradisi 'mishnah' itu para pendeta Yahudi menambah sebuah kitab lagi
yang mereka sebut 'Gemarah' (kitab "tafsir" para pendeta). Tradisi
'mishnah' (yang kemudian dibukukan) bersama dengan "Gemarah', disebut
Talmud. Ada dua buah versi Kitab Talmud, yaitu 'Talmud Jerusalem' dan
'Talmud Babilonia'. 'Talmud Babilonia' dipandang sebagai kitab yang
paling otoritatif1.
Beberapa
kutipan yang diangkat dari Kitab Tamud dalam uraian berikut ini
merupakan dokumen aseli yang tidak-terbantahkan, dengan harapan dapat
memberikan pencerahan kepada segenap ummat manusia, termasuk kaum
Yahudi, tentang kesesatan dan rasisme dari ajaran Talmud yang penuh
dengan kebencian, yang menjadi kitab suci baik bagi kaum Yahudi
Orthodoks maupun Hasidiyah di seluruh dunia.
Pelaksanaan
ajaran Talmud tentang keunggulan kaum Yahudi yang dldasarkan pada
ajaran kebencian itu telah menyebabkan penderitaan yang tak terperikan
terhadap orang lain sepanjang sejarah ummat manusia sampai dengan saat
ini, khususnya di tanah Palestina. Ajaran itu telah dijadikan dalih
untuk membenarkan pembantaian secara massal penduduk sipil
Arab-Palestina. Kitab Talmud menetapkan bahwa semua orang yang
bukan-Yahudi disebut "goyyim", sama dengan binatang, derajat mereka di
bawah derajat manusia. Ras Yahudi adalah "ummat pilihan", satu-satunya
ras yang mengklaim diri sebagai keturunan langsung dari Nabi Adam a.s.
Marilah kita periksa beberapa ajaran Talmud.
Talmud (Manuskrip Babylonia)
Beberapa Contoh Isi Ajaran Talmud
Erubin
2b, "Barangsiapa yang tidak taat kepada para rabbi mereka akan dihukum
dengan cara dijerang di dalam kotoran manusia yang mendidih di
neraka".
Moed
Kattan 17a, "Bilamana seorang Yahudi tergoda untuk melakukan sesuatu
kejahatan, maka hendaklah ia pergi ke suatu kota dimana ia tidak
dikenal orang, dan lakukanlah kejahatan itu disana”
Menganiaya seorang Yahudi Sama Dengan Menghujat Tuhan
Sanhedrin 58b, "Jika seorang kafir menganiaya seorang Yahudi, maka orang kafir itu harus dibunuh".
Dibenarkan Menipu Orang yang Bukan-Yahudi
Sanhedrin 57a, "Seorang Yahudi tidak wajib membayar upah kepada orang kafir yang bekerja baginya".
Orang Yahudi Mempunyai Kedudukan Hukum yang Lebih Tinggi
Baba
Kamma 37b, "Jika lembu seorang Yahudi melukai lembu kepunyaan orang
Kanaan, tidak perlu ada ganti rugi; tetapi ,jika lembu orang Kanaan
sampai melukai lembu kepunyaan orang Yahudi maka orang itu harus
membayar ganti rugi sepenuh-penuhnya".
Orang Yahudi Boleh Mencuri Barang Milik Bukan-Yahudi
Baba
Mezia 24a, "Jika seorang Yahudi menemukan barang hilang milik orang
kafir, ia tidak wajib mengembalikan kepada pemiliknya”. (Ayat ini
ditegaskan kembali di dalam Baba Kamma 113b),
Sanhedrin
57a, "Tuhan tidak akan mengampuni seorang Yahudi 'yang mengawinkan
anak-perempuannya kepada seorang tua, atau memungut menantu bagi
anak-lakinya yang masih bayi, atau mengembalikan barang hilang milik
orang Cuthea (kafir)' …".
Orang Yahudi Boleh Merampok atau Membunuh Orang Non-Yahudi
Sanhedrin
57a, "Jika seorang Yahudi membunuh seorang Cuthea (kafir), tidak ada
hukuman mati, Apa yang sudah dicuri oleh seorang Yahudi boleh
dimilikinya".
Baba Kamma 37b, "Kaum kafir ada di luar perlindungan hukum, dan Tuhan membukakan uang mereka kepada Bani Israel".
Orang Yahudi Boleh Berdusta kepada Orang Non-Yahudi
Baba Kamma 113a, "Orang Yahudi diperbolehkan berdusta untuk menipu orang kafir".
Yang Bukan-Yahudi adalah Hewan di bawah Derajat Manusia
Yebamoth 98a, "Semua anak keturunan orang kafir tergolong sama dengan binatang".
Abodah Zarah 36b, "Anak-perempuan orang kafir sama dengan ‘niddah’ (najis) sejak lahir".
Abodah Zarah 22a - 22b, "Orang kafir lebih senang berhubungan seks dengan lembu".
Ajaran Gila di dalam Talmud
Gittin 69a, "Untuk menyembuhkan tubuh ambil debu yang berada di bawah bayang-bayang jamban, dicampur dengan madu lalu dimakan“.
Shabbath 41a, "Hukum yang mengatur keperluan bagaimana kencing dengan cara yang suci telah ditentukan".
Yebamoth 63a, " ... Adam telah bersetubuh dengan semua binatang ketika ia berada di Sorga".
Yebamoth 63a, "...menjadi petani adalah pekerjaan yang paling hina ".
Sanhedrin 55b, "Seorang Yahudi boleh mengawini anak-perempuan berumur tiga tahun (persisnya, tiga tahun satu hari)".
Sanhedrin
54b, "Seorang Yahudi diperbolehkan bersetubuh dengan anak-perempuan,
asalkan saja anak itu berumur di bawah sembilan tahun".
Kethuboth 11b, "Bilamana seorang dewasa bersetubuh dengan seorang anak perempuan, tidak ada dosanya".
Yebamoth
59b, "Seorang perempuan yang telah bersetubuh dengan seekor binatang
diperbolehkan menikah dengan pendeta Yahudi. Seorang perempuan Yahudi
yang telah bersetubuh dengan jin juga diperbolehkan kawin dengan
seorang pendeta Yahudi".
Abodah
Zarah 17a, "Buktikan bilamana ada pelacur seorangpun di muka bumi ini
yang belum pernah disetubuhi oleh pendeta Talmud Eleazar".
Hagigah 27a, "Nyatakan, bahwa tidak akan ada seorang rabbi pun yang akan mas uk neraka".
Baba
Mezia 59b, "Seorang rabbi telah mendebat Tuhan dan mengalahkan-Nya.
Tuhan pun mengakui bahwa rabbi itu memenangkan debat tersebut".
Gittin
70a, "Para rabbi mengajarkan, 'Sekeluarnya seseorang dari jamban, maka
ia tidak boleh bersetubuh sampai menunggu waktu yang sama dengan
menempuh perjalanan sejauh setengah mil, konon iblis yang ada di jamban
itu masih menyertainya selama waktu itu, kalau ia melakukannya juga
(bersetubuh), maka anak-keturunannya akan terkena penyakit ayan".
Gittin
69b, "Untuk menyembuhkan penyakit kelumpuhan campur kotoran seekor
anjing berbulu putih dan campur dengan balsem; tetapi bila memungkinkan
untuk menghindar dari penyakit itu, tidak perlu memakan kotoran anjing
itu, karena hal itu akan membuat anggota tubuh menjadi lemas ".
Pesahim
11a, "Sungguh terlarang bagi anjing, perempuan, atau pohon kurma,
berdiri di antara dua orang laki-laki. Karena musibah khusus akan
datang jika seorang perempuan sedang haid atau duduk-duduk di
perempatan jalan ".
Menahoth
43b-44a, "Seorang Yahudi diwajibkan membaca doa berikut ini setiap
hari, 'Aku bersyukur, ya Tuhanku, karena Engkau tidak menjadikan aku
seorang kafir, seorang perempuan, atau seorang budak belian’ ".
Takhayul Kaum Yahudi
Bukanlah
mengada-ada bila edisi Talmud Babilonia dipanadang sebagai kitab suci
Yahudi yang paling otoritatif. Karena orang Kristen terperdaya oleh
para pengkhotbah Yahudi, maka para Paus kian hari kian percaya dan
meminta fatwa kepada rabbi Yahudi sebagai "nara sumber yang shahih"
untuk mendapatkan keterangan bila berkaitan dengan kitab Perjanjian
Lama, yang tanpa mereka sadari berkonsultasi dengan para okultis
(juru-ramal).
Yudaisme
adalah agama kaum Farisi dan para pendeta Babilonia, yang menjadi
sumber ajaran Talmud dan Qabala, yang di kemudian hari membentuk agama
Yudaisme. Kitab suci Yudaisme Orthodoks lainnya, seperti 'Kabbalah',
isinya penuh dengan ajaran tentang astrologi, ramal-meramal, gematria,
nekromansi (sihir), dan demonologi (ilmu hitam). Jika seorang Yahudi
ingin bertaubat ia cukup mengangkat seekor ayam, membaca mantera untuk
keperluan itu, dan mengibas-kibaskannya di atas kepalanya untuk
memindahkan dosa- dosanya kepada ayam tersebut. Yang dapat kita katakan
mengenai hal ini tidak lain adalah takhayul dalam arti yang
sebenar-benarnya. Selanjutnya lambang Israel yang mereka sebut sebagai
“bintang Nabi Daud" sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan Nabi
Daud a.s. Bintang itu adalah hexagram (bersudut enam) supranatural yang
melambangkan yantra dari androgen (kelenjar yang memberikan
karakteristik pada kaum laki-Iaki), yang dihubungkan dengan para Khazar
Bohemia pada abad ke-14. (Penyesatan publik dengan penggunaan nama
"negara Israel" yang didirikan pada tahun 1948, merupakan buah hasil
persekongkolan antara kaum Bolshevik-Yahudi dengan kaum Zionis yang
atheis; nama itu tidak ada sangkut-pautnya dengan kelanjutan kerajaan
Nabi Daud, tetapi dikukuhkan melalui pcngakuan pertama di PBB yang
diberikan oleh diktator komunis Uni Sovyet Joseph Stalin).

Kaum
Kristen akan lebih terbuka matanya bila berkunjung ke komunitas Yahudi
Hasidik menonton acara 'Purim', dimana sebuah patung serupa Halloween
meloncat-loncat (seperti 'jailangkung'). Meskipun upacara 'Purim' itu
merujuk kepada Kitab Esther yang disebutkan sebagai nash dasarnya,
dalam prakteknya upacara 'Purim' tidak lain adalah sebuah tradisi kaum
kafir Bacchan.17 Para rabbi orthodoks menggunakan kutukan, mantra,
imej, dan sebagainya, yang mereka anggap lebih besar kuasanya dari
kuasa Tuhan. Kesesatan itu mereka ambil dari ajaran Sefer Yezriah,
(sebuah buku tentang ilmu sihir kaurn Qabalis). Kaum non-Yahudi dapat
menyaksikan ulangan perilaku paganisme Babilonia kuno setiap kali mereka
mengamati ritual para rabbi agama Yudaisme.18 Dengan mengetahui ajaran
Talmud yang menjadi dasar konstitusi prinsip, dan arah kebijakan
negara dan pemerintah Israel, mudah dipahami mengapa negara Israel
sangat arogan dengan kebuasan yang melebihi Nazi Jerman.
PERTEMPURAN paling heroik dan dahsyat yang dialami umat Islam di era
awal perkembangan Islam adalah saat mereka yang hanya berkekuatan 3000
orang melawan pasukan terkuat di muka bumi saat itu, Pasukan Romawi
dengan kaisarnya Heraclius yang membawa pasukan sebanyak 200.000.
Pasukan super besar tersebut merupakan pasukan aliansi antara kaum
Nashara Romawi dan Nashara Arab sekitar dataran Syam, jajahan Romawi.
Perang terjadi di daerah Mu’tah –sehingga sejarawan menyebutnya perang
Mu’tah- (sekitar yordania sekarang), pada tanggal 5 Jumadil Awal tahun 8
H atau tahun 629 M.
Latar Belakang
Penyebab perang Mu’tah ini bermula ketika Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi
wasallam mengirim utusan bernama al-Harits bin Umair al-‘Azdi yang akan
dikirim ke penguasa Bashra. Di tengah perjalanan, utusan itu ditangkap
Syurahbil bin ‘Amr al-Ghassani dari bani Gasshaniyah (daerah jajahan
romawi) dan dibawa ke hadapan kaisar Romawi Heraclius. Setelah itu
kepalanya dipenggal. Pelecehan dan pembunuhan utusan negara termasuk
menyalahi aturan politik dunia. Membunuh utusan sama saja ajakan untuk
berperang. Hal inilah yang membuat beliau marah.
Mendengar utusan damainya dibunuh, Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi
wasallam sangat sedih. Setelah sebelumnya berunding dengan para Sahabat,
lalu diutuslah pasukan muslimin untuk berangkat ke daerah Syam.
Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam sadar melawan penguasa Bushra
berarti juga melawan pasukan Romawi yang notabene adalah pasukan
terbesar dan terkuat di muka bumi ketika itu. Namun ini harus dilakukan
karena bisa saja suatu saat pasukan lawan akan menyerang Madinah. Kelak
pertempuran ini adalah awal dari pertempuran Arab - Bizantium.
Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam berkata “Pasukan ini dipimpin
oleh Zaid bin Haritsah, bila ia gugur komando dipegang oleh Jakfar bin
Abu Thalib, bila gugur pula panji diambil oleh Abdullah bin Rawahah
–saat itu beliau meneteskan air mata- selanjutnya bendera itu dipegang
oleh seorang ‘pedang Allah’ dan Akhirnya Allah Subhânahu wata‘âlâ
memberikan kemenangan. (HR. al-Bukhari)
Peperangan yang Sengit
Kaum Muslimin bergerak meninggalkan Madinah. Musuh pun mendengar
keberangkatan mereka. Dipersiapkanlah pasukan super besar guna
menghadapi kekuatan kaum Muslimin. Heraclius mengerahkan lebih dari
100.000 tentara Romawi sedangkan Syurahbil bin ‘Amr mengerahkan 100.000
tentara yang terdiri dari kabilah Lakham, Juzdan, Qain dan Bahra‘. Kedua
pasukan bergabung.
Mendengar kekuatan musuh yang begitu besar, kaum Muslimin berhenti
selama dua malam di daerah bernama Mu’an guna merundingkan apa langkah
yang akan diambil. Beberapa orang berpendapat, “Sebaiknya kita menulis
surat kepada Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam, melaporkan
kekuatan musuh. Mungkin beliau akan menambah kekuatan kita dengan
pasukan yang lebih besar lagi, atau memerintahkan sesuatu yang harus
kita lakukan.” Tetapi Abdullah bin Rawahah tidak menyetujui pendapat
tersebut. Bahkan ia mengobarkan semangat pasukan dengan ucapan
berapi-api:
“Demi Allah Subhânahu wata‘âlâ, sesungguhnya apa yang kalian tidak sukai
ini adalah sesuatu yang kalian keluar mencarinya, yaitu syahid (gugur
di medan perang). Kita tidak berperang karena jumlah pasukan atau
besarnya kekuatan. Kita berjuang semata-mata untuk agama ini yang Allah
Subhânahu wata‘âlâ telah memuliakan kita dengannya. Majulah! Hanya ada
salah satu dari dua kebaikan; menang atau gugur (syahid) di medan
perang.” Lalu mereka mengatakan, “ Demi Allah, Ibnu Rawahah berkata
benar.”
Terjadilah perang di daerah Mu’tah (sekitar Yordania sekarang). Perang
dimulai. Komandan pasukan, Zaid bin Haritsah bertempur heroik, membabat
pedangnya kesana kemari, menghabisi pasukan Romawi. Perlawanannya harus
terhenti setelah ia tersungkur dari kudanya karena kudanya berhasil di
ditombak. Zaid gugur setelah ditebas pedang lawan.
Lalu komandan perang dipegang Jakfar bin Abu Thalib. Jakfar bertempur
dengan gagah berani sambil memegang bendera pasukan. Tiba-tiba tangan
kirinya putus tertebas pedang musuh. Lalu bendera dipegang tangan
kanannya. Namun tangan kanannya pun ditebas. Dalam kondisi demikian,
semangat beliau tidak surut, ia tetap berusaha mempertahankan bendera
dengan cara memeluknya sampai beliau gugur oleh senjata lawan.
Berdasarkan keterangan Ibnu Umar Radhiyallâhu ‘anhu, salah seorang saksi
mata yang ikut serta dalam perang itu, terdapat tidak kurang 90 luka di
bagian tubuh depan beliau akibat tusukan pedang dan anak panah.
Selanjutnya komando pasukan diambil alih oleh Abdullah bin Rawahah.
Namun nasibnya pun sama, gugur sebagai syuhada. Tsabit bin Arqam
Radhiyallâhu ‘anhu mengambil bendera yang tidak bertuan itu dan
berteriak memanggil para Sahabat Nabi agar menentukan pengganti yang
memimpin kaum muslimin. Maka, pilihan mereka jatuh pada Khalid bin Walid
Radhiyallâhu ‘anhu yang terkenal sebagai seorang yang punya strategi
perang yang handal. Ini adalah peperangan pertamanya, karena belum lama
dia masuk Islam.
Khalid bin Walid Radhiyallâhu ‘anhu sangat sadar, tidaklah mungkin
menandingi pasukan sebesar pasukan Romawi tanpa siasat yang jitu. Ia
lalu mengatur strategi, ditebarkan rasa takut ke diri musuh dengan
selalu formasi pasukan setiap hari. Pasukan di barisan depan ditukar
dibelakang, dan yang dibelakang berada didepan. Pasukan sayap kanan
berganti posisi ke kiri begitupun sebaliknya. Tujuannya adalah agar
pasukan romawi mengira pasukan muslimin mendapat bantuan tambahan
pasukan baru.
Khalid bin Walid memerintahkan beberapa kelompok prajurit kaum muslimin
pada pagi harinya agar berjalan dari arah kejauhan menuju medan perang
dengan menarik pelepah-pelepah pohon sehingga dari kejauhan terlihat
seperti pasukan bantuan yg datang dengan membuat debu-debu berterbangan.
Pasukan musuh yg menyaksikan peristiwa tersebut mengira bahwa pasukan
muslim benar-benar mendapatkan bala bantuan. Mereka berpikir, bahwa
kemarin dengan 3000 orang pasukan saja merasa kewalahan, apalagi jika
datang pasukan bantuan. Karena itu, pasukan musuh merasa takut dan
akhirnya mengundurkan diri dari medan pertempuran. Pasukan Islam lalu
kembali ke Madinah, mereka tidak mengejar pasukan Romawi yang lari,
karena dengan mundurnya pasukan Romawi berarti Islam sudah menang.
Menang atau Imbang
Ibnu Ishaq dan Ibnu Hisyam menyebutkan bahwa pertempuran ini berakhir
imbang. Hal karena kedua belah pasukan sama-sama menarik mundur
pasukannya yang lebih dahulu dilakukan oleh Romawi. Sedangkan Ibnu
Katsir menyebutkan bahwa dalam pertempuran ini kemenangan berada di
tangan Muslim.
Sebenarnya tanpa ada justifikasi kemenanganpun akan diketahui ada
dipihak siapa. Keberanian pasukan yang hanya berjumlah 3.000 dengan
gagah berani menghadapi dan dapat mengimbangi pasukan yang sangat besar
dan bersenjata lebih canggih dan lengkap cukup menjadi bukti. Bahkan
jika menghitung jumlah korban dalam perang itu siapapun akan langsung
mengatakan bahwa umat islam menang. Mengingat korban dari pihak muslim
hanya 12 orang, (Menurut riwayat Ibnu Ishaq 8 orang, sedang dalam kitab
as-Sîrah ash-Shahîhah (hal.468) 13 orang) sedangkan pasukan Romawi
tercatat sekitar 20.000 orang.
Perang ini adalah perang yang sangat sengit meski jumlah korban hanya
sedikit dari pihak muslim. Di dalam peperangan ini Khalid Radhiyallâhu
‘anhu telah menunjukkan suatu kegigihan yang sangat mengagumkan. Imam
Bukhari meriwayatkan dari Khalid sendiri bahwa ia berkata: “Dalam perang
Mu‘tah, sembilan bilah pedang patah di tanganku kecuali sebilah pedang
kecil dari Yaman.” Ibnu Hajar mengatakan, Hadis ini menunjukkan bahwa
kaum Muslimin telah banyak membunuh musuh mereka.
Referensi: Muhammad bin Ishaq, as-Sîrah an-Nabawiyyah li-bni Ishaq Ad-Dimisyqiy, Abu al-Fida’ al-Hafidz Ibnu K
Kalau
dilihat dalam kamus bahasa, maka kita akan menemukan istilah “buraq”
yang diartikan sebagai “Binatang kendaraan Nabi Muhammad Saw”, dia
berbentuk kuda bersayap kiri kanan. Dalam pemakaian umum “buraq” itu
berarti burung cendrawasih yang oleh kamus diartikan dengan burung dari
sorga (bird of paradise). Sebenarnya “buraq” itu adalah istilah yang
dipakai dalam AlQur’an dengan arti “kilat” termuat pada ayat 2/19, 2/20
dan 13/2 dengan istilah aslinya “Barqu”. Para sarjana telah melakukan
penyelidikan dan berkesimpulan bahwa kilat atau sinar bergerak sejauh
186.000 mil atau 300 Kilometer perdetik. Dengan penyelidikan yang
memakai sistem paralax, diketahui pula jarak matahari dari bumi sekitar
93.000.000 mil dan dilintasi oleh sinar dalam waktu 8 menit.
Jarak
sedemikian besar disebut 1 AU atau satu Astronomical Unit, dipakai
sebagai ukuran terkecil dalam menentukan jarak antar benda angkasa. Dan
kita sudah membahas bahwa Muntaha itu letaknya diluar sistem galaksi
bimasakti kita, dimana jarak dari satu galaksi menuju kegalaksi lainnya
saja sekitar 170.000 tahun cahaya. Sedangkan Muntaha itu sendiri
merupakan bumi atau planet yang berada dalam galaksi terjauh dari semua
galaksi yang ada diruang angkasa.
Amatlah janggal jika kita
mengatakan bahwa buraq tersebut dipahami sebagai binatang atau kuda
bersayap yang dapat terbang keangkasa bebas. Orang tentu dapat
mengetahui bahwa sayap hanya dapat berfungsi dalam lingkungan atmosfir
planet dimana udara ditunda kebelakang untuk gerak maju kemuka atau
ditekan kebawah untuk melambung keatas.
Udara begitu hanya berada
dalam troposfir yang tingginya 6 hingga 16 Km dari permukaan bumi,
padahal buraq itu harus menempuh perjalanan menembusi luar angkasa yang
hampa udara dimana sayap tak berguna malah menjadi beban. Dengan
kecepatan kilat maka binatang kendaraan itu, begitu juga Nabi yang
menaiki, akan terbakar dalam daerah atmosfir bumi, sebaliknya ketiadaan
udara untuk bernafas dalam menempuh jarak yang sangat jauh sementara itu
harus mengelakkan diri dari meteorities yang berlayangan diangkasa
bebas.
Semua itu membuktikan bahwa Nabi Muhammad Saw bukanlah
melakukan perjalanan mi’rajnya dengan menggunakan binatang ataupun hewan
bersayap sebagaimana yang diyakini oleh orang selama ini. Penggantian
istilah dari Barqu yang berarti kilat menjadi buraq jelas mengandung
pengertian yang berbeda, dimana jika Barqu itu adalah kilat, maka buraq
saya asumsikan sebagai sesuatu kendaraan yang mempunyai sifat dan
kecepatannya diatas kilat atau sesuatu yang kecepatannya melebihi
gerakan sinar.
Menurut akal pikiran kita sehari-hari yang tetap
tinggal dibumi, jarak yang demikian jauhnya tidak mungkin dapat dicapai
hanya dalam beberapa saat saja.Untuk menerobos garis tengah jagat
raya saja memerlukan waktu 10 milyard tahun cahaya melalui
galaksi-galaksi yang oleh Garnow disebut sebagai fosil-fosil jagad raya
dan selanjutnya menuju alam yang sulit digambarkan jauhnya oleh akal
pikiran dan panca indera manusia dengan segala macam peralatannya,
karena belum atau bahkan tidak diketahui oleh para Astronomi, galaksi
yang lebih jauh dari 20 bilyun tahun cahaya.
Dengan kata lain mereka
para Astronom tidak dapat melihat apa yang ada dibalik galaksi sejauh
itu karena keadaannya benar-benar gelap mutlak.Untuk mencapai
jarak yang demikian jauhnya tentu diperlukan penambahan kecepatan yang
berlipat kali kecepatan cahaya. Sayangnya kecepatan cahaya merupakan
kecepatan yang tertinggi yang diketahui oleh manusia sampai hari ini
atau bisa jadi karena parameter kecepatan cahaya belum terjangkau oleh
manusia.
Dalam AlQur’an kita jumpai betapa hitungan waktu yang
diperlukan oleh para malaikat dan ruh-ruh orang yang meninggal kembali
kepada Tuhan: Naik malaikat-malaikat dan ruh-ruh kepadaNya dalam sehari
yang kadarnya limapuluh ribu tahun. (QS. 70:4) Ukuran waktu dalam
ayat diatas ada para ahli yang menyebut bahwa angka 50 ribu tahun itu
menunjukkan betapa lamanya waktu yang diperlukan penerbangan malaikat
dan Ar-Ruh untuk sampai kepada Tuhan.
Namun bagaimanapun juga
ayat itu menunjukkan adanya perbedaan waktu yang cukup besar antara
waktu kita yang tetap dibumi dengan waktu malaikat yang bergerak cepat
sesuai dengan pendapat para ahli fisika yang menyebutkan “Time for a
person on earth and time for a person in hight speed rocket are not the
same”, waktu bagi seseorang yang berada dibumi berbeda dengan waktu bagi
orang yang ada dalam pesawat yang berkecepatan tinggi.
Perbedaan
waktu yang disebut dalam ayat diatas dinyatakan dengan angka satu hari
malaikat berbanding 50.000 tahun waktu bumi, perbedaan ini tidak ubahnya
dengan perbedaan waktu bumi dan waktu elektron, dimana satu detik bumi
sama dengan 1.000 juta tahun elektron atau 1 tahun Bima Sakti = 225 juta
tahun waktu sistem solar. Jadi bila malaikat berangkat jam 18:00 dan
kembali pada jam 06.00 pagi waktu malaikat, maka menurut perhitungan
waktu dibumi sehari malaikat = 50.000 tahun waktu bumi. Dan untuk jarak
radius alam semesta hingga sampai ke Muntaha dan melewati angkasa raya
yang disebut sebagai ‘Arsy Ilahi, 10 Milyard tahun cahaya diperlukan
waktu kurang lebih 548 tahun waktu malaikat.
Namun malaikat Jibril
kenyataannya dalam peristiwa Mi’raj Nabi Muhammad Saw itu hanya
menghabiskan waktu 1/2 hari waktu bumi /maksimum 12 Jam/ atau =
1/100.000 tahun Jibril. Kejadian ini nampaknya begitu aneh dan bahkan
tidak mungkin menurut pengetahuan peradaban manusia saat ini, tetapi
para ilmuwan mempunyai pandangan lain, suatu contoh apa yang dikemukakan
oleh Garnow dalam bukunya Physies Foundations and Frontier antara lain
disebutkan bahwa jika pesawat ruang angkasa dapat terbang dengan
kecepatan tetap /cahaya/ menuju kepusat sistem galaksi Bima Sakti, ia
akan kembali setelah menghabiskan waktu 40.000 tahun menurut kalender
bumi.
Tetapi menurut sipengendara pesawat /pilot/ penerbangan itu
hanya menghabiskan waktu 30 tahun saja. Perbedaan tampak begitu besar
lebih dari 1.000 kalinya. Contoh lain yang cukup populer, yaitu
paradoks anak kembar, ialah seorang pilot kapal ruang angkasa yang
mempunyai saudara kembar dibumi, dia berangkat umpamanya pada usia 0
tahun menuju sebuah bintang yang jaraknya dari bumi sejauh 25 tahun
cahaya. Setelah 50 tahun kemudian sipilot tadi kembali kebumi
ternyata bahwa saudaranya yang tetap dibumi berusia 49 tahun lebih tua,
sedangkan sipilot baru berusia 1 tahun saja. Atau penerbangan yang
seharusnya menurut ukuran bumi selama 50 tahun cahaya pulang pergi
dirasakan oleh pilot hanya dalam waktu selama 1 tahun saja.
Dari
contoh-contoh diatas menunjukkan bahwa jarak atau waktu menjadi semakin
mengkerut atau menyusut bila dilalui oleh kecepatan tinggi diatas yang
menyamai kecepatan cahaya. Kembali pada peristiwa Mi’raj Rasulullah
bahwa jarak yang ditempuh oleh Malaikat Jibril bersama Nabi Muhammad
dengan Buraq menurut ukuran dibumi sejauh radius jagad raya ditambah
jarak Sidratul Muntaha pulang pergi ditempuh dalam waktu maksimal 1/2
hari waktu bumi (semalam) atau 1/100.000 waktu Jibril atau sama dengan
10-5 tahun cahaya, yaitu kira-kira sama dengan 9,46 X 10 -23 cm/detik
dirasakan oleh Jibril bersama Nabi Muhammad (bandingkan dengan radius
sebuah elektron dengan 3 X 19-11 cm) atau kira-kira lebih pendek dari
panjang gelombang sinar gamma.
Nah, Barkah yang disebut dalam Qur’an
yang melingkupi diri Nabi Muhammad Saw adalah berupa penjagaan total
yang melindungi beliau dari berbagai bahaya yang dapat timbul baik
selama perjalanan dari bumi atau juga selama dalam perjalanan diruang
angkasa, termasuk pencukupan udara bagi pernafasan Rasulullah Saw selama
itu dan lain sebagainya.
Jadi, sekarang kita bisa
mendeskripsikan tentang kendaraan bernama Buraq ini sedemikian rupa,
apakah dia berupa sebuah pesawat ruang angkasa yang memiliki kecepatan
diatas kecepatan sinar dan kecepatan UFO ? Ataukah dia berupa kekuatan
yang diberikan Allah kepada diri Rasulullah Saw sehingga Rasul dapat
terbang diruang angkasa dengan selamat dan sejahtera, bebas melayang
seperti seorang Superman? Sebagai suatu wahana yang sanggup
membungkus dan melindungi jasad Rasulullah sedemikian rupa sehingga
sanggup melawan/mengatasi hukum alam dalam hal perjalanan dimensi.
Sekaligus didalamnya tersedia cukup udara untuk pernafasan Nabi Muhammad
Saw dan penuh dengan monitor-monitor yang memungkinkan Nabi untuk
melihat keluar ataupun juga monitor-monitor yang bersifat “Futuristik” ,
yaitu monitor yang memberikan gambaran kepada Rasulullah mengenai
keadaan umatnya sepeninggal beliau nantinya.
Bukankah ada banyak juga
hadist shahih yang mengatakan bahwa selama perjalanan menuju ke Muntaha
itu Nabi Muhammad Saw telah diperlihatkan pemandangan- pemandangan yang
luar biasa? Apakah aneh bagi Anda jika Nabi Muhammad Saw telah
diperlihatkan oleh Allah (melalui monitor-monitor futuristik tersebut)
terhadap apa-apa yang akan terjadi dikemudian hari? Apakah Anda akan
mengingkari bahwa jauh setelah sepeninggal Rasul ada banyak sekali
manusia-manusia yang mampu meramalkan ataupun melihat masa depan
seseorang ? Dalam dunia komputer kita mengenal virtual reality (VR)
yaitu penampakan alam nyata ke dalam dimensi multimedia digital yang
sangat interaktif sehingga bagaikan keadaan sesungguhnya. Apakah tidak
mungkin Rasulullah telah merasakan fasilitas VR dari Allah Swt untuk
mempresentasikan kepada kekasihNya itu surga dan neraka yang
dijanjikanNya?
Anda pasti pernah mendengar sebutan “Paranormal”
bukan? Jika anda mempercayai semua itu, maka apalah susahnya bagi anda
untuk mempercayai bahwa hal itupun terjadi pada diri Rasulullah Saw,
hanya saja bedanya bahwa semua itu merupakan gambaran asli dari Allah
Swt yang sudah pasti kebenarannya tanpa bercampur dengan hal-hal yang
batil. Hal ini juga bisa kita buktikan dengan banyaknya
ramalan-ramalan Nabi terhadap keadaan umat Islam setelah beliau tiada
dan menjadi kenyataan tanpa sedikitpun meleset? Darimana Rasulullah
dapat melakukannya jika tidak diperlihatkan oleh Allah sebelumnya ?
Allah
memberikan kebijaksanaan kepada siapa yang dikehendaki- Nya. Dan
barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang
banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang
yang berakal. (QS. 2:269)
Hikmah dalam ayat 2:269 dan ayat-ayat
lainnya, saya artikan sebagai kebijaksanaan yang diberikan oleh Allah
kepada hamba-hambaNya, kebijaksanaan ini berarti sangat luas, baik dalam
bidang ilmu pengetahuan dunia atau akhirat, sebagai perwujudan dari
Rahman dan RahimNya.
Didalam Hadist disebutkan bahwa Nabi Muhammad
Saw berangkat ke Muntaha dengan ditemani oleh malaikat Jibril yang
didalam AlQur’an surah 53:6 dikatakan memiliki akal yang cerdas. Dan
dalam perjalanan itu Nabi diberikan kendaraan bernama Buraq yang
kecepatannya melebihi kecepatan sinar.
Selanjutnya selama perjalanan
Nabi banyak bertanya kepada malaikat Jibril tentang apa-apa yang
diperlihatkan oleh Allah kepadanya, ini menunjukkan bahwa Nabi dan
Jibril berada dalam jarak yang berdekatan. Tidak mungkinkah Jibril ini
yang mengemudikan Buraq untuk menuju ke Muntaha? Dalam kata lain, Jibril
sebagai pilot dan Muhammad sebagai penumpang? Bukankah Muhammad
sendiri baru pertama kali itu mengadakan perjalanan ruang angkasa,
sementara Jibril telah ratusan atau bahkan jutaan kali melakukannya
didalam mengemban wahyu yang diamanatkan oleh Allah?
Jika dikatakan
Nabi sebagai pilot, dari mana Nabi mengetahui arah tujuannya berikut
tata cara pengemudian Buraq ini, apalagi ditambah dengan banyaknya
visi-visi alias Virtual Reality yang diberikan oleh Allah kepada beliau
selama perjalanan dan mengharuskannya mengajukan beragam pertanyaan
kepada Jibril? Namun jika kita kembalikan pada pendapat saya semula
bahwa Jibril dalam hal ini berlaku sebagai pilot dan Nabi sebagai
penumpang, maka semua pertanyaan dan keraguan yang timbul akan hilang. Dalam
hal ini Jibril adalah pilot terbang berpengalaman, ia juga sangat
cerdas, sementara atas diri Nabi sendiri sudah diberikan oleh Allah
Barqah disekeliling beliau, sehingga setiap perubahan yang terjadi dalam
perjalanan, seperti goyangnya pesawat, tekanan gravitasi yang hilang,
udara dan lain sebagainya tidak akan berpengaruh apa-apa pada diri Nabi
yang mulia ini. Dan keadaan yang tanpa pengaruh apa-apa itu
memungkinkan bagi Nabi untuk mengadakan pertanyaan-pertanya an atas
visi-visi yang dilihatnya itu sekaligus dapat melihatnya secara
jelas/Virtual Reality .
Kembali pada Jibril yang senantiasa meminta
izin didalam memasuki setiap lapisan langit kepada malaikat penjaga, itu
dikarenakan bahwa mereka tidak mengenali Jibril yang berada didalam
Buraq itu, sehingga begitu Jibril menjawab, mereka baru bisa mengenali
suaranya dan melakukan pendeteksian secara visi keadaan dalam Buraq
sehingga nyatalah bahwa yang datang itu benar-benar Jibril.
Didalam
Hadist juga disebutkan bahwa malaikat penjaga langit itu juga menanyakan
tentang identitas sosok manusia yang dibawa oleh malaikat Jibril, yang
tidak lain dari Rasulullah Muhammad Saw. Dan dijelaskan oleh Jibril
bahwa Rasulullah Saw diutus oleh Allah dan telah pula diperintahkan
untuk naik ke Muntaha. (Hadist mengenai ini diriwayatkan oleh
Bukhari-Muslim dan dinyatakan oleh jumhur ulama dari ahlussunnah sebagai
Hadist yang shahih).
Hal ini memang berkesan lucu bagi sebagian
orang, apalagi mengingat bahwa Nabi adalah manusia yang paling mulia
yang mendapatkan kedudukan terhormat yang bisa dibuktikan dengan
bersandingnya nama Allah dan nama beliau dalam dua buah khalimah
syahadat yang tidak boleh dicampuri, ditambah atau dikurangi dengan
berbagai nama lain karena tiada hak bagi makhluk lainnya mencampuri
masalah ini.
Namun justru disinilah letak kebesaran Tuhan. Semuanya
sengaja dipertunjukkan secara ilmiah kepada Nabi agar beliau dapat
membuktikan sendiri betapa ketatnya penjagaan langit itu sebenarnya. Seperti
yang sudah dibahas di halaman artikel “Kajian Israk Miqraj” bahwa
Muntaha itu terletak digalaksi terjauh, dimana Adam dulunya diciptakan
dan ditempatkan pertama kali bersama Hawa.
Tetapi sejak Adam bersama
istrinya dan juga Jin serta Iblis diusir oleh Allah dari sana, maka
penjagaan terhadap tempat tersebut diperketat sedemikian rupanya,
sehingga tidak memungkinkan siapapun juga kecuali para malaikat untuk
dapat memasukinya, seperti yang termuat dalam ayat ke-8,9 dan 10 dari
surah 72: “…Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa
tempat di langit itu.” (QS. 72:9) ”…kami mendapatinya penuh dengan
penjagaan yang kuat dan panah-panah api.” (QS. 72:8) ”…Tetapi sekarang
barang siapa yang mencoba mendengarkan tentu akan menjumpai panah api
yang mengintai.” (QS. 72:9)
Dalam hal ini bisa diasumsikan bahwa yang
disebut dengan lapisan langit pada Muntaha itu adalah berupa
planet-planet yang terdekat dengan “bumi-muntaha” , hal ini saya
hubungkan dengan pernyataan Qur’an pada surah 72:9 bahwa Jin atau Iblis
itu dapat menduduki beberapa tempat. Mampu menduduki tempat disana
artinya mampu berdiam ditempat tersebut, dan karena tempat itu ganda
(beberapa tempat), maka jelas tempat itu bukan Muntaha itu sendiri,
namun tempat yang terdekat dari Muntaha.
Sesuai dengan kajian
saya sebelumnya, bahwa Muntaha itu berupa bumi yang disekitarnya juga
terdapat planet-planet, maka planet-planet itulah tempat atau posisi
para syaithan itu berdiam dahulunya untuk mencuri dengar berita-berita
langit. Muntaha sendiri berarti “Dihentikan” atau bisa juga kita
tafsirkan sebagai tempat terakhir dari semua urusan berlabuh. Tempat
yang menjadi perbatasan segala pencapaian kepada Tuhan.
Teratai
Sidrah
berarti “Teratai” yaitu bunga yang berdaun lebar, hidup dipermukaan air
kolam atau telaga. Uratnya panjang mencapai tanah dasar air tersebut.
Bilamana pasang naik, teratai akan ikut naik, dan bila pasang surut
diapun akan turun, sementara uratnya tetap terhujam pada tanah dasar
tempatnya bertumbuh.
Teratai yang berdaun lebar menyerupai keadaan
planet yang memiliki permukaan luas, sungguh harmonis untuk tempat
kehidupan makhluk hidup. Teratai berurat panjang mencapai tanah dasar
dimana dia tumbuh tidak mungkin bergerak jauh, menyerupai keadaan planet
yang selalu berhubungan dengan matahari darimana dia tidak mungkin
bergerak jauh dalam orbit zigzagnya dari garis ekliptik. Dan air dimana
teratai berada menyerupai angkasa luas dimana semua planet yang ada
mengorbit mengelilingi matahari.
Turun naik teratai dipermukaan
air berarti orbit planet mengelilingi matahari berbentuk oval, bujur
telur, dimana ada titik Perihelion yaitu titik terdekat pada matahari
yang dikitarinya, begitupula ada titik Aphelion, titik terjauh dari
matahari. Sewaktu planet berada di Aphelionnya dia bergerak lambat.
Keadaan gerak demikian membantu kestabilan orbit setiap planet yang
mulanya hanya didasarkan atas kegiatan magnet yang dimilikinya saja. Allah
sendiri tidak berposisi di Muntaha, meskipun Muntaha itu merupakan
planet terjauh dan terpinggir dalam bentangan alam semesta sekaligus
sebagai dimensi tertinggi, dimana mayoritas malaikat berada disana
sembari memuji dan bertasbih kepada Allah, ia hanyalah sebagai suatu
tempat ciptaan Allah yang pada hari kiamat kelak akan dileburkan pula
dan semua isinya, termasuk para malaikat itu akan mati kecuali siapa
yang dikehendakiNya saja (QS. 27:87), hanya Allah sajalah satu-satunya
dimensi Tertinggi yang kekal dan abadi (QS. 2:255).
Marco polo,
avonturir dari Italia, hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya
di Perlak, bagian utara Sumatra, pada 1292. Di sana, dia melihat
penduduk yang tinggal di pegunungan memakan daging manusia. Sangat
berlawanan dengan penduduk yang tinggal di kota Perlak, di mana
masyarakatnya lebih beradab, bahkan setelah berhubungan dengan
pedagang-pedagang Islam, mereka berpindah dari menyembah berhala
menjadi pengikut ajaran Muhammad. Dia menuliskan itu dalam catatan
perjalanannya. Dia tahu catatannya akan mengejutkan, dan mungkin tak
dipercaya banyak orang. Karena itu, dia sampai bersumpah untuk
meyakinkan pembacanya.
Selang
lima bulan kemudian, Marco Polo menuju Pidie, daerah utara Sumatra
lainnya. Di tempat ini, dia mendapati satu keluarga menyantap seluruh
badan seorang anggota keluarganya sendiri yang mati karena sakit. “Saya
yakinkan Anda bahwa mereka bahkan menyantap semua sumsum dalam
tulang-tulang orang itu,” tulis Marco Polo dalam “Para Kanibal dan
Raja-Raja: Sumatera Utara Pada 1920-an” dimuat dalam Sumatera Tempo
Doeloe karya Anthony Reid.
Berbeda
dari Marco Polo di Sumatra, dalam naskah Sejarah Dinasti Ming
(1368-1643) Buku 323, diceritakan sebuah suku pemburu kepala di
Wu-long-li-dan, pedalaman Banjarmasin. Suku pemburu kepala itu disebut
orang Beaju –Be-oa-jiu dalam lafal Hokkian (Fujian) selatan–, sebuah
suku besar orang Dayak di pedalaman. Mereka berkeliaran saat malam hari
untuk memenggal dan mengoleksi kepala manusia. “Kepala ini mereka bawa
lari dan dihiasi dengan emas. Para pedagang sangat takut terhadap
mereka,” demikian dikutip W.P. Groeneveldt dalam Nusantara Dalam Catatan
Tionghoa.
Kala
itu, kisah perburuan kepala manusia di wilayah pedalaman tengah dan
timur Nusantara telah tersebar luas di kalangan penjelajah dari
mancanegara, serupa dengan kisah kanibalisme. Tapi minat mereka terhadap
Nusantara tak pernah surut. Kapal-kapal dari pelabuhan penting di
Eropa tetap berlayar menuju Nusantara untuk berdagang. Perlahan mereka
menjelajah kepulauan Nusantara hingga ke pedalamannya dan bertemu
dengan suku pemburu kepala manusia.
Maret
1648. Perang antarkampung telah berlangsung berhari-hari di Seram.
Perang itu melibatkan orang-orang kampung di wilayah pantai dan orang
gunung yang disebut Alifuru. Meski tak diketahui secara pasti, VOC
(Vereenigde Oostindische Campaignie) melaporkan banyak korban tewas.
Korban dari pihak wilayah pantai ditemukan tanpa kepala. Gubernur Ambon
Robert Padtbrugge mengirim satu tim untuk mengusahakan perdamaian.
Selain itu, dia meminta tim untuk meneliti adat berburu kepala orang
Alifuru.
Tim
kembali ke Ambon tanpa hasil. Perang tetap berkobar. Dan mereka tak
bisa menjelaskan secara pasti mengapa orang Alifuru memburu dan
mengoleksi kepala musuhnya. “Di hadapan gubernur, tim itu melaporkan
hasil penelitiannya mengenai kepercayaan orang Alifuru. Meski mengaku
telah bekerja dengan baik, mereka tak berhasil menjelaskannya secara
gamblang karena orang Alifuru sangat klenik. Mereka tak bisa
memahaminya,” tulis Gerrit J. Knaap dalam “The Saniri Tiga Air (Seram)”,
Jurnal KITLV Vol. 149 No. 2 (1993).
Tim
hanya mampu menjelaskan bahwa adat memburu kepala musuh merupakan
bagian tak terpisahkan dari ritus hidup orang Alifuru tanpa diketahui
kapan mulanya. Bagi orang Alifuru, memburu kepala musuh telah menempati
posisi penting dalam kehidupan sosial dan kepercayaannya. Anehnya, adat
itu tak mereka lakukan terhadap orang asing, baik Eropa maupun wilayah
Nusantara lainnya. Penerimaan mereka terhadap orang asing sangat baik.
Bahkan, mereka bersedia merundingkan perdamaian melalui perantara VOC
meski usaha itu akhirnya gagal.
Sementara itu, di Sulawesi, perburuan kepala diketahui telah
berlangsung sebelum kedatangan orang Belanda. Orang Toraja Bare’e yang
bermukim di Sulawesi Tengah selalu mengambil kepala musuhnya dalam tiap
peperangan mereka, selama memungkinkan. Mereka harus membunuh dan
memotong kepala musuhnya dengan cepat agar musuh tak mengalami
penderitaan yang lama.
Kepala musuh kemudian dibawa ke kampung mereka. Upacara pun dilakukan.
“Kepala diperlukan sebagai akhir masa berperang dan penahbisan di kuil
sebagai tanda seseorang telah menjadi dewasa dan berani,” tulis R.E.
Downs dalam “Head-Hunting in Indonesia”, Jurnal KITLV Vol. 111 No. 1
(1995).
Perburuan
kepala di Sulawesi masih berlangsung hingga kedatangan orang Eropa.
Alfred Russel Wallace, naturalis tersohor asal Inggris, yang mengunjungi
Manado pada 10 Juni 1859, mendapatkan cerita itu langsung dari
penduduk lokal (Minahasa). Kepala manusia dipakai untuk menghiasi makam
dan rumah. “Mereka berburu kepala manusia layaknya suku Dayak di
Kalimantan... Ketika seorang kepala suku meninggal, dua potong kepala
manusia yang baru dipenggal digunakan sebagai penghias makamnya...
Tengkorak manusia merupakan hiasan yang paling disukai untuk rumah
kepala suku,” tulis Wallace dalam catatannya, dimuat dalam Indonesia
Timur Tempo Doeloe 1544-1992 karya George Miller.
Walaupun Wallace hidup di tengah
penduduk pemburu kepala, Wallace merasa tak terancam. Bahkan, dia
justru terkesan dengan karakter mental orang Minahasa. “Mereka juga
memiliki karakter mental dan moral yang unik,” tulis Wallace.
“Pembawaan mereka tenang dan halus.”
Adat
berburu kepala tak selamanya dipertahankan oleh suku-suku pedalaman.
Di Borneo misalnya, sebuah perjanjian antarsuku dibuat untuk
menghentikan saling bunuh (habunu), memenggal kepala (hakayau), dan
memperbudak (hajipen). Perjanjian pada 1894 itu termashyur dengan nama
Rapat Damai Tumbang Anoi. Sebelumnya, beberapa suku di Borneo terkenal
sebagai pemburu kepala musuh. Seorang penulis berkebangsaan Norwegia
mengukuhkan citra itu melalui bukunya yang terbit pada 1881, The
Head-Hunters of Borneo. Dalam bukunya ini, Carl Bock menuliskan
suku-suku itu berburu kepala dengan mandau, tombak, dan perisai. Setelah
mendapatkan kepala musuh, seseorang berhak mendapatkan tato simbol
kedewasaan.
Suku-suku di Borneo memiliki beragam
alasan berburu kepala musuh seperti balas dendam, tanda kekuatan dan
kebanggaan, pemurnian jiwa musuh, atau bentuk pertahanan diri. Ini
karena Borneo dihuni oleh beragam suku sehingga tiap suku memiliki
pandangan yang berbeda mengenai ngayau (memburu kepala). “Saya yakin
tak ada satu pun analisis yang bisa menjelaskan dengan tepat praktik
dan makna-makna perburuan kepala...,” tulis Yekti Maunati dalam
Identitas Dayak. “Di kalangan orang-orang Dayak sendiri terdapat
berbagai kepercayaan dan mitologi.”
|
|