Wednesday, December 21, 2011
at
10:07 AM
|
“ORANG seperti dia, tidak dapat tanpa diketahui
dibiarkan begitu saja. Dia harus diincar sebagai calon pemimpin Islam.
Jika dia menggabungkan diri dengan kaum Muslimin dalam peperangan
melawan orang-orang kafir, kita harus mengangkatnya kedalam golongan
pemimpin” demikian keterangan Nabi ketika berbicara tentang Khalid
sebelum calon pahlawan ini masuk Islam.
Khalid dilahirkan kira-kira 17 tahun sebelum masa
pembangunan Islam. Dia anggota suku Banu Makhzum, suatu cabang dari suku
Quraisy. Ayahnya bernama Walid dan ibunya Lababah. Khalid termasuk
diantara keluarga Nabi yang sangat dekat. Maimunah, bibi dari Khalid,
adalah isteri Nabi. Dengan Umar sendiri pun Khalid ada hubungan
keluarga, yakni saudara sepupunya. Suatu hari pada masa kanak-kanaknya
kedua saudara sepupu ini main adu gulat. Khalid dapat mematahkan kaki
Umar. Untunglah dengan melalui suatu perawatan kaki Umar dapat
diluruskan kembali dengan baik.
Ayah Khalid yang bernama Walid, adalah salah seorang
pemimpin yang paling berkuasa diantara orang-orang Quraisy. Dia sangat
kaya. Dia menghormati Ka’bah dengan perasaan yang sangat mendalam.
Sekali dua tahun dialah yang menyediakan kain penutup Ka’bah. Pada masa
ibadah Haji dia memberi makan dengan cuma-cuma bagi semua orang yang
datang berkumpul di Mina.
Ketika orang Quraisy memperbaiki Ka’bah tidak seorang
pun yang berani meruntuhkan dinding-dindingnya yang tua itu. Semua
orang takut kalau-kalau jatuh dan mati. Melihat suasana begini Walid
maju kedepan dengan bersenjatakan sekop sambil berteriak, “O, Tuhan
jangan marah kepada kami. Kami berniat baik terhadap rumahMu”.
Nabi mengharap-harap dengan sepenuh hati, agar Walid
masuk Islam. Harapan ini timbul karena Walid seorang kesatria yang
berani dimata rakyat. Karena itu dia dikagumi dan dihormati oleh orang
banyak. Jika dia telah masuk Islam ratusan orang akan mengikutinya.
Dalam hati kecilnya Walid merasa, bahwa Al Qur-’an
itu adalah kalimat-kalimat Allah. Dia pernah mengatakan secara jujur dan
terang-terangan, bahwa dia tidak bisa berpisah dari keindahan dan
kekuatan ayat-ayat suci itu.
Ucapan yang terus terang
ini memberikan harapan bagi Nabi, bahwa Walid akan segera masuk Islam.
Tetapi impian dan harapan ini tak pernah menjadi kenyataan. Kebanggaan
atas diri sendiri membendung bisikan-bisikan hati nuraninya. Dia takut
kehilangan kedudukannya sebagai pemimpin bangsa Quraisy. Kesangsian ini
menghalanginya untuk menurutkan rayuan-rayuan hati nuraninya. Sayang
sekali orang yang begini baik, akhirnya mati sebagai orang yang bukan
Islam.
Suku Banu Makhzum mempunyai tugas-tugas penting. Jika
terjadi peperangan, Banu Muhzum lah yang mengurus gudang senjata dan
gudang tenaga tempur. Suku inilah yang mengumpulkan kuda dan senjata
bagi prajurit-prajurit.
Tidak ada cabang suku Quraisy lain yang bisa lebih
dibanggakan seperti Banu Makhzum. Ketika diadakan kepungan maut terhadap
orang-orang Islam dilembah Abu Thalib, orang-orang Banu Makhzumlah yang
pertama kali mengangkat suaranya menentang pengepungan itu.
Kita tidak banyak mengetahui mengenai Khalid pada
masa kanak-kanaknya. Tetapi satu hal kita tahu dengan pasti, ayah Khalid
orang berada. Dia mempunyai kebun buah-buahan yang membentang dari kota
Mekah sampai ke Taif. Kekayaan ayahnya ini membuat Khalid bebas dari
kewajiban-kewajibannya.
Dia lebih leluasa dan tidak usah belajar berdagang.
Dia tidak usah bekerja untuk menambah pencaharian orang tuanya.
Kehidupan tanpa suatu ikatan memberi kesempatan kepada Khalid mengikuti
kegemarannya. Kegemarannya ialah adu tinju dan berkelahi.
Saat itu pekerjaan dalam seni peperangan dianggap
sebagai tanda seorang Satria. Panglima perang berarti pemimpin besar.
Kepahlawanan adalah satu hal terhormat di mata rakyat.
Ayah Khalid dan beberapa orang pamannya adalah
orang-orang yang terpandang dimata rakyat. Hal ini memberikan dorongan
keras kepada Khalid untuk mendapatkan kedudukan terhormat, seperti ayah
dan paman-pamanya. Satu-satunya permintaan Khalid ialah agar menjadi
orang yang dapat mengatasi teman-temannya didalam hal adu tenaga. Sebab
itulah dia menceburkan dirinya kedalam seni peperangan dan seni bela
diri. Malah mempelajari keahlian mengendarai kuda, memainkan pedang dan
memanah. Dia juga mencurahkan perhatiannya kedalam hal memimpin angkatan
perang. Bakat-bakatnya yang asli, ditambah dengan latihan yang keras,
telah membina Khalid menjadi seorang yang luar biasa. Kemahiran dan
keberaniannya mengagumkan setiap orang.
Pandangan yang ditunjukkannya mengenai taktik perang
menakjubkan setiap orang. Dengan gamblang orang dapat melihat, bahwa dia
akan menjadi ahli dalam seni kemiliteran. Dari masa kanak-kanaknya dia memberikan harapan untuk menjadi ahli militer yang luar biasa senialnya.
Pada masa kanak-kanaknya Khalid telah kelihatan
menonjol diantara teman-temannya. Dia telah sanggup merebut tempat
istimewa dalam hati rakyat. Lama kelamaan Khalid menanjak menjadi
pemimpin suku Quraisy. Pada waktu itu orang-orang Quraisy sedang
memusuhi Islam. Mereka sangat anti dan memusuhi agama Islam dan
penganut-penganut Islam. Kepercayaan baru itu menjadi bahaya bagi
kepercayaan dan adat istiadat orang-orang Quraisy. Orang-orang Quraisy
sangat mencintai adat kebiasaannya. Sebab itu mereka mengangkat senjata
untuk menggempur orang-orang Islam. Tunas Islam harus dihancurkan
sebelum tumbuh berurat ber-berakar. Khalid sebagai pemuda Quraisy yang
berani dan bersemangat berdiri digaris paling depan dalam penggempuran
terhadap kepercayaan baru ini. Hal ini sudah wajardan seirama dengan
kehendak alam.
Sejak kecil pemuda Khalid bertekad menjadi pahlawan
Quraisy. Kesempatan ini diperolehnya dalam pertentangan-pertentangan
dengan orang-orang Islam. Untuk membuktikan bakat dan kecakapannya ini,
dia harus menonjolkan dirinya dalam segala pertempuran. Dia harus
memperlihatkan kepada sukunya kwalitasnya sebagai pekelahi.
Kekalahan kaum Quraisy didalam perang Badar membuat
mereka jadi kegila-gilaan, karena penyesalan dan panas hati. Mereka
merasa terhina. Rasa sombong dan kebanggaan mereka sebagai suku Quraisy
telah meluncur masuk lumpur kehinaan Arang telah tercoreng dimuka
orang-orang Quraisy. Mereka seolah-olah tidak bisa lagi mengangkat
dirinya dari lumpur kehinaan ini. Dengan segera mereka membuat
persiapan-persiapan untuk membalas pengalaman pahit yang terjadi di
Badar.
Sebagai pemuda Quraisy, Khalid bin Walid pun ikut
merasakan pahit getirnya kekalahan itu. Sebab itu dia ingin membalas
dendam sukunya dalam peperangan Uhud. Khalid dengan pasukannya bergerak
ke Uhud dengan satu tekad menang atau mati. Orang-orang Islam dalam
pertempuran Uhud ini mengambil posisi dengan membelakangi bukit Uhud.
Sungguhpun kedudukan pertahanan baik, masih terdapat
suatu kekhawatiran. Dibukit Uhud masih ada suatu tanah genting, dimana
tentara Quraisy dapat menyerbu masuk pertahanan Islam. Untuk menjaga
tanah genting ini, Nabi menempatkan 50 orang pemanah terbaik. Nabi
memerintahkan kepada mereka agar bertahan mati-matian. Dalam keadaan
bagaimana jua pun jangan sampai meninggalkan pos masing-masing.
Khalid bin alWalid memimpin sayap kanan tentara
Quraisy empat kali lebih besar jumlahnya dari pasukan Islam. Tetapi
mereka jadi ragu-ragu mengingat kekalahant-kekalahan yang telah mereka
alami di Badar. Karena kekalahan ini hati mereka menjadi kecil
menghadapi keberanian orang-orang Islam.
Sungguh pun begitu pasukan-pasukan Quraisy memulai
pertempuran dengan baik. Tetapi setelah orang-orang Islam mulai
mendobrak pertahanan mereka, mereka telah gagal untuk mempertahankan
tanah yang mereka injak.
Kekuatannya menjadi terpecah-pecah. Mereka lari
cerai-berai. Peristiwa Badar berulang kembali di Uhud. Saat-saat kritis
sedang mengancam orang-orang Quraisy. Tetapi Khalid bin Walid tidak
goncang dan sarafnya tetap membaja. Dia mengumpulkan kembali anak
buahnya dan mencari kesempatan baik guna melakukan pukulan yang
menentukan.
Melihat orang-orang Quraisy cerai-berai,
pemanah-pemanah yang bertugas ditanah genting tidak tahan hati. Pasukan
Islam tertarik oleh harta perang, harta yang ada pada mayat-mayat
orang-orang Quraisy. Tanpa pikir panjang akan akibatnya, sebagian besar
pemanah-pemanah, penjaga tanah genting meninggalkan posnya dan menyerbu
kelapangan.
Pertahanan tanah genting menjadi kosong. Khalid bin
Walid dengan segera melihat kesempatan baik ini. Dia menyerbu ketanah
genting dan mendesak masuk. Beberapa orang pemanah yang masih tinggal
dikeroyok bersama-sama. Tanah genting dikuasai oleh pasukan Khalid dan
mereka menjadi leluasa untuk menggempur pasukan Islam dari belakang.
Dengan kecepatan yang tak ada taranya Khalid masuk
dari garis belakang dan menggempur orang Islam dipusat pertahanannya.
Melihat Khalid telah masuk melalui tanah genting, orang-orang Quraisy
yang telah lari cerai-berai berkumpul kembali dan mengikuti jejak Khalid
menyerbu dari belakang. Pemenang-pemenang antara beberapa menit yang
lalu, sekarang telah terkepung lagi dari segenap penjuru, dan situasi
mereka menjadi gawat.
Khalid bin Walid telah merobah kemenangan orang Islam
di Uhud menjadi suatu kehancuran. Mestinya orang-orang Quraisylah yang
kalah dan cerai-berai. Tetapi karena gemilangnya Khalid sebagai ahli
siasat perang, kekalahan-kekalahan telah disunglapnya menjadi satu
kemenangan. Dia menemukan lobang-lobang kelemahan pertahanan orang
Islam.
Hanya pahlawan Khalidlah yang dapat mencari saat-saat
kelemahan lawannya. Dan dia pula yang sanggup menarik kembali tentara
yang telah cerai-berai dan memaksanya untuk bertempur lagi. Seni
perangnya yang luar biasa inilah yang mengungkap kekalahan Uhud menjadi
suatu kemenangan bagi orang Quraisy.
Ketika Khalid bin Walid memeluk Islam Rasulullah
sangat bahagia, karena Khalid mempunyai kemampuan berperang yang dapat
digunakan untuk membela Islam dan meninggikan kalimatullah dengan
perjuangan jihad. Dalam banyak kesempatan peperangan Islam Khalid bin
Walid diangkat menjadi komandan perang dan menunjukan hasil gemilang
atas segala upaya jihadnya. Betapapun hebatnya Khalid bin Walid di dalam
medan pertempuran, dengan berbagai luka yang menyayat badannya, namun
ternyata kematianya diatas ranjang. Betapa menyesalnya Khalid harapan
untuk mati sahid dimedan perang ternyata tidak tercapai dan Allah
menghendakinya mati di atas tempat tidur, sesudah perjuangan membela
Islam yang luar biasa itu. Demikianlah kekuasaan Allah. Manusia berasal
dari Allah dan akan kembali kepada-Nya sesuai dengan kemauan-Nya.
Posted by
Agus Rinanto